Sabtu, 13 Agustus 2011

LATIHAN KIBLAT



DARUL  KIBLAT
MUHAMMADIYAH RANAH NATA
oleh : Shaff Ra  Alisyahbana Dt Malako

Besar harapan penulis kepada organisasi gerakan Da’wah Islamiyah  Amarma’ruf Nahimunkar (DIAN) 
Muhammadiyah Cabang Ranah Nata untuk mempersiapkan kelangkaan
Khatib, Imam, Bilal dan Ahli Tajwid ( KIBLAT ) 
dengan mengadakan pelatihan dan pengkaderan.

Sebagai bahan program kepemimpinan Muhammadiyah priode 2010-2015 mendatang kiranya
memprogramkan Pelatihan dan Pengkaderan KIBLAT se Ranah Nata, agar Ranah Nata 
kembali meniti zaman emasnya di masa hidup 
 Tiga Ulama Terkemuka Sumatera Utara yaitu  :
Syekh H.Abdul Fattah Sinantiku Radhiallahu 'Anh (Shaff Ra 1),
Syekh H.Abdul Fattah Mardia Radhiallahu 'Anh (Shaff Ra 2) ,
Syekh H.Abdul Malik Baleo Nata.

Hal ini penulis ajukan sehubungan dengan penemuan dilapangan dimana empat tonggak
yang saling topang menopang ini sudah di anggap langka di Ranah Nata yaitu ;

1. KHATIB yaitu pembaca khutbah pada shalat berjama’ah,shalat Jum’at, Idulfitri dan Idulqurban 
serta pengisi ceramah/kuliah antara shalat Maghrib dengan ‘Isya dan shalat Qiyamullayl atau 
Tarawih untuk menyampaikan pengajian Agama Islam, baik bershalat Jama’ah, 
peringatan Maulid dan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Banyak khatib saat sekarang ini kurang tahu membaca situasi dan kondisi Ranah sendiri, 
tetapi lebih mengkaji luar Nagari bahkan luar Negeri.
2. IMAM yang merupakan tonggak dalam pelaksanaan shalat berjama’ah sebagai Ikutan Ma’mum. 
Sebaiknya Imam itu adalah yang tahu akan Ilmu Tajwid dan tahu makhraj huruf yang dibacanya 
dan tidak terpengaruh dengan irama atau cara pembacaan yang berpanduan kepada lagu. 
Ada diantara Imam yang membawakan lagu Tarhim atau Dikir Rebbana, 
sehingga menjadikan agak berbedan dengan tuntunan 
sebagai bacaan seorang Imam. Kebanyakan membaca ayat-ayat al-Qur”an berirama 
Sagu Jao,Sikambang,Perak-perak dan lainnya yang kurang sepadan dengan tata cara ke Islaman,
walaupun itu bukan kesalahan besar.

3. BILAL yaitu Muadzin yang melantunkan suara Adzan yang di Ranah Nata disebut Bang. 
Seorang Bilal dituntut dengan suara yang indah dan merdu untuk memanggil masyarakat 
untuk segera datang ke Masjid guna untuk shalat berjama’ah. 
Tetapi dikarenakan suaranya yang bagaikan biawak di elo sonsang, parian
pacah dan suara nyaring melengking bernama fals, membuat janggal kedengaran ditelinga.
Betapa banyaknya orang-orang yang bersuara emas, indah dan merdu, 
tetapi jarang terdengar disebabkan didahului orang yang bersuara fals dan kekanak-kanakan.
4. Ahli Tajwid/Qari-qari’ah yaitu yang mengetahui Ilmu Nahu Sharaf dan Tajwid sebagai syarat 
untuk mernjadi Khatib,Imam dan Bilal tersebut diatas. 
Qari dan qari’ah jarang kita jumpai di Ranah Nata kecuali cara tajwid pedesaan 
yang berpedoman kepada lagu saja.
Banyak qori dan qori ‘ah yang bersuara indah dan merdu,
tetapi lagunya bukan nada tajwid sesuai dengan panbduan dari Ilmu Tajwid.

Jika dirasa perlu membentuk suatu wadah persatuan Ikatan Persaudaraan KIBLAT se Ranah Nata 
yang menghimpun para Khatib,Imam,Bilal dan Ahli Tajwid (Qari Qari’ah).

Demikianlah sebagai usulan menghadapi akan dilaksanakannya Musyawarah Cabang 
Muhammadiyah Ranah Nata ke VI yang akan digelar pada bulan September 2011 mendatang,
kiranya menjadi pertimbangan bagi Majlis 
Pendidikan Kader dan Majlis terkait pada Pimpinan Cabang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar